Selasa, 25 Juni 2024

Puisi: Merayakan Ulang Tahun Mantan



Ego dan emosiku mungkin sudah berlarut jauh melebihi prasangka ku. Begitupun pengetahuan ku tentang mu, mungkin terlalu surut karena diserap oleh kusruhnya kesabaran ku.

 

Kini dan sebelumnya, ingatanku selalu tergelitik akan melodi puisi mu yang menyelorohkan tentang ku sebagai "lelaki sederhana".

 

Kala malam sudah meredup, ada siang yang sedang memancar. Di kala gelaga sudah usai dilalui, ada beribu bunga melati yang siap menjamu.


Walaupun Aku tau, mungkin dengan kata-kata tidak lagi membuat mu merasa nyaman, apalagi membuat tenang. Justru bisa jadi karena aku lah ragamu dibuat kusut karena egoku.

 

Setidaknya, dengan ini Aku ikut dalam lingkaran orang-orang yang merayakan ulang tahun mu.

Oleh: Anwar Syarif

Kaum Sarungan itu Unik




Ilustrasi: SC https://id.pngtree.com/


Beberapa hari terakhir, sekitar 2 sampai 3 hari ini Saya dibuat penasaran oleh manuskrip bertuliskan arab, bahasa 'jawi alus'. Isi naskah tersebut tidak lain juga menceritakan soal sejarah dan suasana keulamaan di Martapura tahun 1930-an.

Sangking penasarannya, Saya sampai melibatkan 4 orang yang ada di kampung Saya, 3 orang adalah bapak tua berusia sepuh, dan satu orang terakhir adalah tokoh muda yang suka mengkoleksi kitab-kitab kuno Nusantara. Tokoh terakhir inilah yang ingin Saya ceritakan.

Asmine Kyai Mushoffa, Pendiri sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ishlah As Syafi'iyyah, Batu Meranti, Kecamatan. Sungai Loban. Beliau lama nyantri di Jawa dan merupakan lulusan Pascasarjana S2 UIN Antasari -dulu IAIN- Jurusan Tasawuf.

Bagi masyarakat Tanah Bumbu, ketokohan beliau sudah tidak asing lagi.

Kultur santri dan aktivis tergabung menjadi satu di dalam diri beliau sehingga menguatkan kemapanan beliau di bidang pengetahuan.

Saat poto-copy manuskrip tersebut disodorkan di hadapan beliau, terlihat sangat renyah dan gurih sekali. Padahal sebelumnya sepuh yang sudah tua pun perlu berpikir panjang, walaupun sangat paham bahasa 'jawa alus' zaman dulu.

Pak Mushoffa memang memahami beberapa teori filologi atau cara membaca teks kuno, di antaranya berujar, "feeling kita saat membaca teks kuno, kita harus bisa merasakan kehidupan di zaman dulu,".

Kemudian Saya nyelentuk bertanya, "kaya gini ni perlu ambil jurusan khusus filologi opo mboten ngeeeh..?"

"Walaupun mboten ambil jurusan filologi, paling gak kito teseh iso membaca teori-teori filolog seperti Ibrahim," jawab Kyai Mushoffa.

Setelah semuanya diulas, mulai alur cerita dan suasana politik di masa manuskrip tersebut berhasil dipecahkan dan disajikan dengan renyah. Terkhusus, soal istilah-istilah yang sangat sulit ditemukan maksudnya, ternyata hal itu sangat renyah sekali ketika beliau menjelaskannya.

Pada kesimpulannya, kaum sarungan itu menarik, karena selain juga menguasai pengetahuan agama yang mumpuni juga bisa menggabungkan teori-teori umum untuk memecahkan suatu problem. Maka, perlu lah juga untuk membaca teori-teori umum atau buku-buku umum lainnya.

 

Oleh: Anwar Syarif

Puisi: Merayakan Ulang Tahun Mantan

Ego dan emosiku mungkin sudah berlarut jauh melebihi prasangka ku. Begitupun pengetahuan ku tentang mu, mungkin terlalu surut karena diserap...

Trending